Sri Mulyani Bertemu Menkeu China Bahas Tarif Resiprokal dan Kerja Sama Ekonomi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan pemaparan pada konferensi pers APBN KiTa di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (30/4/2025). (Ist)

NASIONAL – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan China, Lan Fo’an, di Milan, Italia. Pertemuan ini menjadi kelanjutan diskusi sebelumnya yang digelar di Washington D.C., Amerika Serikat, saat keduanya menghadiri rangkaian acara IMF-World Bank Spring Meetings.

Dalam pertemuan tersebut, Sri Mulyani membahas posisi Indonesia terkait kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS), serta peluang kerja sama ekonomi antara Indonesia dan China.

“Saya menceritakan mengenai negosiasi dan tawaran kerja sama yang diberikan Indonesia dalam rangka merespons serta memahami arah penerapan kebijakan tarif resiprokal AS,” ujar Sri Mulyani melalui akun Instagram resminya @smindrawati, Senin (5/5).

Selain membahas isu tarif, pertemuan ini juga memiliki makna khusus karena bertepatan dengan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-China. Lan Fo’an menyampaikan apresiasi atas peran aktif Indonesia dalam berbagai inisiatif regional tahun ini, termasuk dukungan terhadap program-program ASEAN+3, di mana China menjadi co-chair.

“Kami berharap sinergi baik antara China dan Indonesia akan terus terjaga. Semoga ke depannya, Indonesia dan China bisa menggali potensi kerja sama yang lebih luas,” lanjut Sri Mulyani.

Terkait kebijakan tarif resiprokal, Sri Mulyani menegaskan bahwa Indonesia akan mempertahankan posisi netral di tengah ketegangan antara AS dan China. Ia menilai bahwa posisi strategis Indonesia memberikan keuntungan tersendiri.

“Indonesia, baik dalam ASEAN sebagai negara terbesar maupun dalam hubungan bilateral dengan AS dan China, tetap dalam posisi yang cukup netral, dihormati, dan diperhitungkan. Ini merupakan daya tawar yang baik yang harus kita jaga,” jelas Sri Mulyani saat konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (24/4).

Ia juga menyatakan bahwa posisi daya tawar Indonesia didukung oleh kondisi ekonomi nasional yang stabil. Dengan fondasi ekonomi yang kuat, Indonesia dinilai mampu merespons dinamika global secara lebih fleksibel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *