Faktapalembang.id, NASIONAL – Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) memberikan dorongan kuat untuk memanfaatkan cadangan nikel yang berlokasi di wilayah GAG, Papua Barat Daya. Pemanfaatan ini bertujuan mendukung program hilirisasi industri nikel nasional, yang menjadi fokus utama pemerintah.
Ketua Umum IAGI, Budi Santoso, menjelaskan bahwa setiap proyek penambangan yang beroperasi harus memenuhi standar kelayakan, baik dari sisi teknis, ekonomi, lingkungan, maupun sosial.
“Cadangan PT GAG bersama yang lainnya akan memberikan kontribusi bagi inventarisasi cadangan nikel nasional sebagai modal penyediaan bahan baku penting dalam rantai nilai hilirisasi,” ujar Budi dalam keterangan tertulis.
Ia mengakui bahwa memanfaatkan cadangan nikel di wilayah sensitif seperti GAG bukanlah hal mudah. Ada tantangan besar terkait teknis, keekonomian, lingkungan, dan sosial. Namun, Budi menegaskan, tantangan ini seharusnya sudah teratasi melalui berbagai dokumen pendukung seperti studi kelayakan (FS), amdal, dan izin lingkungan.
Selain itu, Budi menyoroti pentingnya “mendapatkan dan mengelola social license to operate,” atau izin sosial untuk beroperasi. Ia menambahkan bahwa penerapan good mining practices yang ketat dan konsisten, baik selama beroperasi maupun pasca-operasi, akan menjadi kunci keberlanjutan.
Untuk mengoptimalkan nilai tambah dari hilirisasi dan menjaga cadangan nikel jangka panjang, IAGI merekomendasikan pemerintah, BUMN, dan pelaku industri untuk melakukan inventarisasi sumber daya dan cadangan secara benar. Proses ini harus dilakukan oleh Competent Person Indonesia (CPI) dengan mengacu pada kode KCMI yang diakui secara internasional.
Budi juga menekankan perlunya pendetailan karakteristik bijih, termasuk by-product-nya. “Pendetailan karakteristik bijih termasuk by-product-nya, baik dari sifat fisik, kadar, dan kandungan unsur kimia, akan memungkinkan optimalisasi pemanfaatan sumber daya dan cadangan,” katanya.
Dengan langkah-langkah ini, Budi yakin akan tercipta fleksibilitas dan ketahanan pasokan yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan teknologi pemrosesan yang digunakan. Pada akhirnya, hal ini akan memperkuat rantai pasok industri pengolahan dan pemurnian di dalam negeri, sekaligus mendukung target hilirisasi yang dicanangkan pemerintah.













