Faktapalembang.id, NASIONAL – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, memutuskan untuk membatalkan rencananya menghentikan rapat Kabinet Merah Putih di akhir pekan yang sedianya dimulai pada tahun 2026. Keputusan ini diambil secara mendadak demi memprioritaskan percepatan pembangunan jembatan di pelosok tanah air.
Perubahan rencana ini dipicu oleh sebuah video yang diterima langsung oleh Presiden. Video tersebut memperlihatkan perjuangan anak-anak sekolah di daerah terpencil Indonesia yang harus menyeberangi sungai deras tanpa jembatan setiap harinya hanya untuk bisa belajar.
Hal tersebut diungkapkan Prabowo dalam pidatonya di Agenda Pertemuan Tahunan Bank Indonesia yang digelar di Jakarta, Jumat malam.
Awalnya, Presiden Prabowo mengapresiasi kinerja keras para menterinya. Ia mengaku bangga, namun juga merasa bersalah karena kerap menyita waktu libur mereka.
“Saya kira rakyat kita pantas bangga dengan prestasi menteri dan menko. Mereka bekerja keras, dan saya juga minta maaf sering panggil pada Sabtu-Minggu,” ujarnya.
Prabowo menjelaskan bahwa tahun 2026 awalnya dirancang sebagai titik balik kebijakan baru, di mana tidak ada lagi rapat di akhir pekan agar para pejabat negara memiliki waktu istirahat yang lebih teratur. Namun, realitas infrastruktur di lapangan mengubah prioritas tersebut.
“Dikirim video oleh anak-anak langsung ke saya. Jadi terpaksa ditunda lagi,” katanya.
Presiden menegaskan bahwa kebijakan libur rapat tersebut baru bisa direalisasikan jika masalah aksesibilitas di daerah terpencil telah teratasi. Ia menargetkan penundaan ini hingga tahun 2027 atau sampai seluruh jembatan darurat selesai dibangun.
“Mungkin tahun 2027 tak ada rapat Sabtu-Minggu, sampai jembatan-jembatan ini selesai. Gimana, setuju?” ujarnya melempar tanya.
Sebagai langkah konkret, Presiden telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Darurat Jembatan. Satgas ini bertugas melakukan akselerasi fasilitas akses aman bagi pelajar di daerah yang masih minim infrastruktur.
Prabowo menyebut, tantangan pembangunan jembatan di pelosok ini cukup masif. Berdasarkan data yang dimilikinya, kebutuhan pembangunan jembatan di seluruh Indonesia mencapai angka 300.000 unit, yang harus dikejar penyelesaiannya dalam waktu sesingkat mungkin.













