Faktapalembang.id, NASIONAL – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, memastikan pemulihan kegiatan belajar mengajar di wilayah Sumatera pascabencana alam berjalan positif. Sebanyak 85 persen sekolah terdampak bencana banjir dan tanah longsor di wilayah Aceh dan Sumatra kini telah kembali beroperasi.
Pernyataan tersebut disampaikan Abdul Mu’ti dalam konferensi pers di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, pada Selasa. Berdasarkan data Kemendikdasmen, dari total 4.149 satuan pendidikan yang terdampak, sebanyak 3.508 sekolah sudah aktif kembali. Meski demikian, masih terdapat 54 sekolah yang harus melaksanakan pembelajaran menggunakan tenda darurat akibat kerusakan berat pada bangunan fisik.
Data Pemulihan Sekolah di Tiga Provinsi
Mendikdasmen merinci progres pemulihan di tiga provinsi utama. Tingkat operasional sekolah di Sumatera Utara menjadi yang tertinggi, disusul Sumatera Barat dan Aceh.
“Sekolah yang sudah bisa beroperasi untuk di Aceh ada 2.226 atau 81 persen, kemudian di Sumatera Barat 380 atau 86 persen, dan di Sumatera Utara 902 atau 95 persen. Total keseluruhan sekolah yang sudah bisa beroperasi 85 persen. Masih ada 54 yang memang belum bisa kita gunakan karena kerusakan yang sangat serius, bahkan sebagian sekolah memang sudah rusak total,” kata Abdul Mu’ti.
Terkait fasilitas darurat, pemerintah telah mendirikan tenda untuk kegiatan belajar mengajar. Rinciannya meliputi 14 tenda di Aceh, 21 di Sumatera Barat, dan 19 di Sumatera Utara.
Proses Pembersihan dan Jadwal Masuk Sekolah
Selain sekolah yang rusak berat, terdapat ratusan sekolah yang masih dalam tahap pembersihan material sisa banjir. Total tercatat ada 587 sekolah yang sedang dibersihkan, dengan rincian 516 sekolah di Aceh, 42 di Sumatera Barat, dan 29 di Sumatera Utara. Proses ini memakan waktu karena tingkat kerusakan yang bervariasi.
“Yang proses pembersihan terus kami lakukan karena memang tingkat kerusakan dan dampak dari banjir itu sangat berat, sehingga prosesnya membutuhkan waktu yang lebih lama dari sekolah-sekolah yang lainnya. Selama proses ini, kami melakukan beberapa kegiatan untuk memastikan bahwa anak-anak dapat belajar yang kita rencanakan dimulai pada 5 Januari 2026 yang akan datang,” paparnya.
Kebijakan Fleksibilitas Seragam dan Kurikulum
Menyadari situasi darurat yang dialami para siswa dan orang tua, Kemendikdasmen menerapkan kebijakan fleksibel. Abdul Mu’ti menegaskan bahwa siswa di sekolah terdampak bencana tidak diwajibkan mengenakan seragam atau sepatu jika kondisinya tidak memungkinkan. Kurikulum darurat juga disiapkan untuk menyesuaikan situasi psikososial siswa.
“Karena kondisi yang berbeda-beda, mereka tidak harus belajar sebagaimana yang normal. Artinya, mereka boleh saja tidak pakai seragam, boleh saja tidak pakai sepatu, dan yang lain-lainnya, termasuk kurikulumnya juga kita rancang secara khusus,” ucapnya.
Penyaluran Bantuan Pendidikan
Pemerintah juga telah menyalurkan berbagai bantuan logistik untuk mendukung keberlangsungan pendidikan. Bantuan tersebut meliputi paket perlengkapan sekolah (school kit), tenda, dan ruang kelas darurat.
Total bantuan school kit mencapai 27.000 paket, yang didistribusikan ke Aceh (15.500 paket), Sumatera Barat (5.000 paket), dan Sumatera Utara (6.500 paket). Selain itu, total 147 tenda dan 160 ruang kelas darurat juga telah disiapkan.
“Lalu ruang kelas darurat ada 100 di Aceh, kemudian Sumatera Barat 30, Sumatera Utara 30, dengan total 160,” tutup Abdul Mu’ti.













